Kereta tanpa kuda


Di tulis dari hati pada malam hujan. 



Dalam dinginnya hembusan angin, dan bekunya langit biru. Tergeletak tak bernyawa sesuatu yang berarti. Ukiran yang begitu rumit dengan simbol simbol yang susah dimengerti banyak orang. Mungkin hanya sebagian orang dimuka bumi ini tau akan simbolisasi “sesuatu” itu. Terbuat dari emas berhiasan permata. Bertahtakan sebening gumpalan salju. Walau seindah surgawi, walau secantik dewi kwan in, tapi satu hal yang perlu kau ketahui, misteri dibalik “sesuatu”. Kereta itu sempurna, tapi rapuh di segala sisi. Hanya terdiam tanpa tau arah tujuan, ingin bergerak tapi tak mengerti bagaimana melangkah. Terpijak dalam neraka dunia. Teronggok begitu saja ditengah derasnya gumpalan hujan. Dingin ? tentu saja. Kesepian dan kehampaan merayapi dinding dinding yang berukir sebuah kisah.
Kehangatan tlah pergi, meninggalkan beribu satu pertanyaan yang menghantui setiap benak. Kemanakah dua kuda yang setia memandu arah sang kereta ? kemanakan suara dua kuda yang selalu mengingatkan seseorang tentang pentingnya suatu hal ? kemana dua kuda itu ? kereta itu terasa hampa, dengan segala kemewahan yang ia punya. Tak berarti apa karna kunci kebahagiaan tlah hilang.


Penuh kasih,

Karisma.

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana?

S(t)ick with U

UNTUK SIA