Namanya Safari.
~memorable~
When you say nothing at all.Namanya
Safari.
Kami
berkenalan pada Kamis, 3 Juni 2021.
Dia
seorang tentara. Seorang tentara angkatan darat.
Itu
pasti, karena saya melihat dengan jelas lambang di baju kaos yang ia kenakan
saat itu.
Sama
seperti lambang kaos yang sering bapak pakai ketika bertugas.
Bedanya,
baju kaos yang biasanya bapak pakai berwarna coklat, sedangkan ia berwarna
layaknya paduan khusus warna tentara.
Pertemuan
kami sangat singkat, begitu singkat, namun ada yang membuat itu istimewa.
Yang
paling saya ingat adalah, mata bulatnya yang lucu, tegas, dan berwibawa. Menatap
saya dengan pandangan yang tidak bisa saya jelaskan dengan kata-kata. Karena jujur,
pandangan matanya adalah ekspresi yang pertama kali saya kenali.
Kulitnya
gelap, seperti kebanyakan tentara yang bertugas di sana. Tubuhnya tinggi tegap,
seperti abdi negara pada umumnya.
Jujur,
ia tidak dalam kriteria laki-laki tampan seperti banyak kaum hawa inginkan. Namun
saya mengatakan, ia adalah laki-laki yang manis.
Jika
saja, dunia tidak dilanda pandemi yang tidak pernah berkesudahan ini, mungkin saja,
saya bisa merasakan jabatan tangannya. Apakah kuat, atau lembut.
Sore
itu, kami sempat bertatapan sekilas, kali pertama saya menyapa sebelum masuk ke
kolam renang.
Kolam
renang Yonif Raider 900.
Di
pintu masuk sekaligus pintu keluar.
Tidak
ada perbincangan, bahkan saya tidak yakin bahwa saya menghafal wajahnya saat
itu. Karena yang saya kenal adalah satu lagi tentara di sampingnya. Yang sudah lumayan
akrab dengan saya.
Saat
itu, ada dua bocah laki-laki yang saya bawa. Adik-adik saya. Jadi, saya tidak
banyak berbincang seperti biasanya saya. Hanya menyapa, membayar tiket, tersenyum,
berterima kasih, lalu melesat pergi.
Saya
melihatnya, namun tidak memberi atensi berlebihan padanya. Dan tidak membuat
otak saya bekerja untuk mencerna lekuk wajahnya.
Namun
berbeda dengan ketika saya dan adik-adik saya kembali ke sana untuk pulang.
Saya
sedikit berbasa basi dengannya, bertanya keberadaan tentara yang telah akrab
dengan saya. Dan dia menjawab dengan sopan,
“Komandan
sedang ada tugas lain di barak, Jadi saya yang menggantikan.”
Bahasa
yang sangat baku.
Saya
mengangguk mengerti. Mengucapkan salam perpisahan dan terima kasih. Tak lupa
dengan senyum formal yang sering saya lontarkan.
Yah…
Seharusnya
percakapan kami cukup sampai di sana. Namun, adik-adik saya kembali bertanya.
“Kakak,
yang tadi itu tentara?”
Saya
mengangguk untuk kedua kalinya. Mereka berkata ingin berfoto, karena itu
kembalilah saya ke dalam.
Bertemu
dengannya lagi.
Saya
tidak menyangka, setelah percakapan yang sedikit salah paham, ia bertanya.
“Boleh
tau namanya?” ujarnya, dengan
tubuh yang sedikit menunduk.
Saya
menjawab, tersenyum tipis. “Karisma. Kalau kakak?”
Dan
saat itulah ia menyebutkan siapa dirinya.
Namanya
unik. Sangat unik, sehingga saya tidak membutuhkan energi untuk mengingatnya.
Dan
sekali lagi, seharusnya percakapan kami cukup sampai di sana.
Saya
dan kedua bocah berjalan ke parkiran.
Seperti
layaknya seorang kakak, yang mengajak adik kecilnya, tentu banyak barang yang
di bawa.
Saya
sudah siap untuk melajukan motor, tatkala ia kembali muncul di hadapan saya.
Bertanya
satu hal yang tidak pernah saya sangka bahwa itu akan terlontar pada saya.
“Saya
boleh minta nomor ponsel kamu?”
Seperti
namanya. Banyak kejutan di hari itu.
Saya
ulang sekali lagi.
Namanya
Safari.
Saya
ingin meminta maaf dan berterima kasih.
Maaf
karena tidak pernah datang hari ini. Jumat, 4 Juni 2021.
Terima
kasih karena telah mengijinkan untuk mengenal kakak.
Salam,
Karisma.
Comments
Post a Comment